PERMENDIKBUD NOMOR 158 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER PADA JENJANG SMP MTS DAN SMA SMK MA ATAU MAK

Permendikbud Nomor 158 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menenga


Berdasarkan Permendikbud Nomor 158 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dinyatakan bahwa pada jenjang SMP/MTS dan SMA/SMK/MA/MAK dapat menyelenggarakan sistem SKS. SKS atau Sistem  Kredit  Semester  adalah  bentuk penyelenggaraan  pendidikan  yang  peserta  didiknya  menentukan  jumlah beban  belajar  dan  mata  pelajaran  yang  diikuti  setiap  semester  pada satuan  pendidikan  sesuai  dengan  bakat,  minat, dan kemampuan/kecepatan belajar.

Dalam pasal 2 Permendikbud Nomor 158 Tahun 2014 yang mengatur Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester pada Jenjang SMP/MTS dan SMA/SMK/MA/MAK dinyatakan bahwa SKS diselenggarakan dengan prinsip:
a.  fleksibel; dalam arti penyelenggaraan  SKS  dengan  fleksibilitas  pilihan  mata  pelajaran dan waktu  penyelesaian masa  belajar yang  memungkinkan  peserta  didik menentukan dan mengatur strategi belajar secara mandiri.
b.  keunggulan; dalam arti penyelenggaraan  SKS  yang memungkinkan peserta  didik memperoleh  kesempatan  belajar  dan  mencapai  tingkat  kemampuan optimal sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan/kecepatan belajar.
c.  maju berkelanjutan yang mengandung makna penyelenggaraan  SKS  yang  memungkinkan  peserta  didik dapat  langsung  mengikuti  muatan,  mata  pelajaran  atau  program  lebih lanjut tanpa terkendala oleh peserta didik lain
d.  keadilan, yang mengandung makna penyelenggaraan  SKS  yang  memungkinkan  peserta  didik  mendapatkan kesempatan  untuk  memperoleh  perlakuan  sesuai  dengan  kapasitas belajar  yang  dimiliki  dan  prestasi  belajar  yang  dicapainya  secara perseorangan.

Pada pasal 3  Permendikbud Nomor 158 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dinyatakan SKS diselenggarakan  melalui pengorganisasian  pembelajaran  bervariasi dan pengelolaan waktu belajar yang fleksibel.  Pengorganisasian  pembelajaran  bervariasi  mengandung maksud dilakukan melalui penyediaan unit-unit pembelajaran utuh setiap mata pelajaran yang dapat diikuti oleh peserta didik. Sedangkan pengelolaan  waktu  belajar  yang fleksibel  mengandung maksud harus dilakukan melalui  pengambilan beban  belajar  untuk unit-unit pembelajaran utuh setiap mata pelajaran oleh peserta didik sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing.
Ketentuan sekolah yang dapat menyelenggarakan system SKS diatur dalam pasal 5 Permendikbud Nomor 158 Tahun 2014, yakni
(1)  Satuan  pendidikan  yang  memiliki  akreditasi  A  dari  Badan  Akreditasi Nasional  Sekolah/Madrasah  dapat  menerapkan  SKS  dalam penyelenggaraan pendidikan.
(2)  Penerapan SKS oleh  satuan  pendidikan sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1) dilakukan secara  bertahap  mulai  Kelas  VII  pada  SMP/MTs  atau Kelas X pada SMA/MA/SMK/MAK.

Selanjutnya pada Pasal 6 dinyatakan bahwa (1)  Satuan  pendidikan  penyelenggara  SKS  wajib  menyediakan  guru pembimbing akademik. (2)  Guru  pembimbing  akademik  yang bertanggung  jawab  terhadap  aspek  akademik  bagi  peserta  didik  sejak semester pertama sampai dengan semester akhir. Dan (3)  Satuan  pendidikan  dapat  mengganti  guru  pembimbing  akademik  sesuai dengan kebutuhan.
Aturan pengambilan beban SKS dalam penerapan system SKS pada jenjang  SMP/MTS dan SMA/SMK/MA/MAK menggunakan kriteria: 
a.  prestasi  yang  dicapai  pada  satuan  pendidikan  sebelumnya  untuk pengambilan beban belajar  pada semester 1; atau
b.  IP  yang  diperoleh  pada  semester  sebelumnya  untuk  pengambilan  beban belajar  pada semester berikutnya. 

Peserta  didik  SMP  pada  semester  2  dan  seterusnya  dapat  mengambil beban  belajar  berdasarkan  IP  semester  sebelumnya  dengan ketentuan sebagai berikut:
1.  IP  <  2,67  dapat  mengambil  beban  belajar  paling  banyak  40  jam pelajaran;
2.  IP 2,67 – 3,33 dapat mengambil beban belajar paling banyak 48 jam pelajaran;
3.  IP 3,34 – 3,66 dapat mengambil beban belajar paling banyak 56 jam pelajaran; dan
4.  IP  >  3,66  dapat  mengambil  beban  belajar  paling  banyak  64  jam pelajaran.

Adapun peserta  didik  SMA  pada  semester  2  dan  seterusnya  dapat  mengambil beban  belajar  berdasarkan  IP  semester  sebelumnya  dengan ketentuan sebagai berikut:
a.  IP  <  2,67  dapat  mengambil  beban  belajar  paling  banyak  46  jam pelajaran;
b.  IP 2,67 – 3,33 dapat mengambil beban belajar paling banyak 54 jam pelajaran;
c.  IP 3,34 – 3,66 dapat mengambil beban belajar paling banyak 62 jam pelajaran; dan
d.  IP  >  3,66  dapat  mengambil  beban  belajar  paling  banyak  70  jam pelajaran.

Sedangkan peserta  didik  SMK  pada  semester  2  dan  seterusnya  dapat  mengambil beban  belajar  berdasarkan  IP  semester  sebelumnya  ketentuan sebagai berikut:
a.  IP  <  2,67  dapat  mengambil  beban  belajar  paling  banyak  50  jam pelajaran;
b.  IP 2,67 – 3,33 dapat mengambil beban belajar paling banyak 57 jam pelajaran;
c.  IP 3,34 – 3,66 dapat mengambil beban belajar paling banyak 64 jam pelajaran; dan
d.  IP  >  3,66  dapat  mengambil  beban  belajar  paling  banyak  72  jam pelajaran.

Selain  ketentuan  nilai  kompetensi  pengetahuan  dan  kompetensi keterampilan pengambilan  jumlah  jam  pelajaran  dapat  dilakukan  dengan  syarat  nilai kompetensi sikap paling rendah Baik (B).
Kegiatan  tatap  muka  dalam  beban  belajar bagi peserta didik yang memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata yang ditunjukkan dengan IP > 3,55 durasi setiap satu jam pelajaran dapat dilaksanakan selama 30 menit.
Setiap  peserta  didik  sesuai  dengan  bakat,  minat,  dan kemampuan/kecepatan  belajar  dapat  menyelesaikan  program  belajar paling  cepat  4  (empat)  semester dan paling lambat 8 (delapan) semester.
Untuk jenjang MTs, MA, dan MAK Pengambilan beban belajar diatur lebih lanjut oleh Kementerian Agama.
Kredit  yang  diperoleh  dari  mata  pelajaran  pendalaman  minat  di  perguruan tinggi  diperhitungkan  dalam  pemenuhan  beban  belajar  dan  penghitungan  IP peserta didik.
Adapun ketentuan kelulusan  peserta didik  dari  satuan  pendidikan  yang  menyelenggarakan  SKS dapat dilakukan pada setiap akhir semester.

Ketentuan mutasi antara sekolah yang menggunakan system yang berbeda diatur sebagai berikut: (1)  Beban  belajar  yang  telah  diambil  oleh  peserta  didik  yang  pindah  dari satuan  pendidikan  antar penyelenggara  SKS,  penyelenggara  SKS  ke penyelenggara  sistem  paket,  atau  penyelenggara  sistem  paket  ke penyelenggara SKS diakui secara penuh. (2)  Sistem  paket  merupakan bentuk penyelenggaraan  pendidikan  yang  peserta  didiknya  mengikuti  beban belajar dan mata pelajaran sesuai dengan yang tercantum dalam Struktur Kurikulum.


Demikian informasi tentang Permendikbud Nomor 158 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dinyatakan bahwa pada jenjang SMP/MTS dan SMA/SMK/MA/MAK. Semoga ada bermanfaat, terima kasih

==============================

= Baca Juga =



Post a Comment

Previous Post Next Post